12 Tempat Wisata di Bukittinggi yang Wajib Dikunjungi
Tempat Wisata di Bukittinggi - Hallo sobat semua. Kali ini putramapa.com akan memberikan informasi mengenai tempat wisata yang ada di Bukittinggi yang wajib anda kunjungi bersama keluarga, sahabat dan teman.
Industri pariwisata merupakan salah satu sektor andalan Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Banyaknya objek wisata yang menarik dan wajib dikunjungi pada saat Anda berada di Bukittinggi, menjadikan kota ini dijuluki sebagai "kota wisata". Salah satu objek wisata yang menarik dan terbaru di Bukittinggi adalah taman ngarai maaram, Taman Ngarai Maaram terletak tepat dibelakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Nama taman ini diambil dari kondisi dari taman itu sendiri. Ngarai yang memiliki arti jurang yang membentang, memisahkan dua dataran akibat pengaruh pergerakan bumi. Sedangkan kata Maaram memiliki arti runtuh atau longsor secara bersamaan dalam waktu yang singkat. Tanah yang diakibatkan dari longsor atau runtuh itu disebut Tanah Maaram.
Jadi dapat disimpulkan, penamaan taman ini diakibatkan dari kondisi runtuhnya permukaan tanah yang berasal dari Ngarai dan Tak jauh dari Jam Gadang, wisatawan bisa menemukan satu tempat wisata yang menawarkan wisata alam sekaligus wisata sejarah dalam satu lokasi. Tempatnya berada di Taman Panorama Bukittinggi. Taman yang terletak di Jalan Panorama, Bukittinggi ini menawarkan keindahan taman dengan pemandangan alam Ngarai Sianok dan bangunan berbentuk gua bernama Lobang Jepang yang menyimpan sejarah.
Tempat Wisata di Bukittinggi
Pada tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi kota ini mencapai 26.629 orang. Saat ini di Bukittinggi terdapat sekitar 60 hotel dan 15 biro perjalanan. Hotel-hotel yang terdapat di Bukittinggi antara lain The Hills, Hotel Pusako, dan Grand Rocky Hotel.Bagi Anda yang ingin berlibur di Bukittinggi, putramapa.com memberikan referensi tempat-tempat wisata di Bukittinggi yang wajib Anda kunjungi. Nahh langsung aja disimak ya !
1. Jam Gadang Bukittinggi
Jam gadang |
Jam Gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar".
Selain sebagai pusat penanda kota Bukittinggi, Jam Gadang juga telah dijadikan sebagai objek wisata dengan diperluasnya taman di sekitar menara jam ini. Taman tersebut menjadi ruang interaksi masyarakat baik di hari kerja maupun di hari libur. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini.
2. Lembah Ngarai Sianok
Ngarai sianok |
Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai ke nagari Sianok Anam Suku, dan berakhir di kecamatan Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang sangat indah dan juga menjadi salah satu objek wisata andalan provinsi.
Ngarai Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai karbouwengat atau kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai ini.
Baca juga : 10 Rekomendasi Tempat Liburan Akhir Tahun, Salah Satunya di Jakarta
Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yang disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari nagari Lambah sampai jorong Sitingkai nagari Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang,siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, dan juga tapir.
3. Lobang Jepang Bukittinggi
Lobang jepang |
Lubang Jepang Bukittinggi (juga dieja Lobang Jepang) adalah salah satu objek wisata sejarah yang ada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Lubang Jepang merupakan sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun tentara pendudukan Jepangsekitar tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan.
Sebelumnya, Lubang Jepang dibangun sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang, dengan panjang terowongan yang mencapai 1400 m dan berkelok-kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruangan khusus terdapat di terowongan ini, di antaranya adalah ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, dan gudang senjata.
Selain lokasinya yang strategis di kota yang dahulunya merupakan pusat pemerintahan Sumatera Tengah, tanah yang menjadi dinding terowongan ini merupakan jenis tanah yang jika bercampur air akan semakin kokoh. Bahkan gempa yang mengguncang Sumatera Barat tahun 2009 lalu tidak banyak merusak struktur terowongan.
Diperkirakan puluhan sampai ratusan ribu tenaga kerja paksa atau romusha dikerahkan dari pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan untuk menggali terowongan ini. Pemilihan tenaga kerja dari luar daerah ini merupakan strategi kolonial Jepang untuk menjaga kerahasiaan megaproyek ini.
Tenaga kerja dari Bukittinggi sendiri dikerahkan di antaranya untuk mengerjakan terowongan pertahanan di Bandung dan Pulau Biak Lubang Jepang mulai dikelola menjadi objek wisata sejarah pada tahun 1984, oleh pemerintah kota Bukittinggi. Beberapa pintu masuk ke Lubang Jepang ini diantaranya terletak pada kawasan Ngarai Sianok, Taman Panorama, di samping Istana Bung Hatta dan di Kebun Binatang Bukittinggi
4. Janjang Saribu Bukittinggi
Janjang saribu |
Janjang Saribu (Indonesia: tangga seribu), atau Janjang Koto Gadang, adalah salah satu objek wisata yang terdapat di Ngarai Sianok, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Tangga dan jalan yang bertembok ini melintas mulai dari Koto Gadang di lembah Ngarai Sianok lalu naik ke Bukiktinggi. Panjang keseluruhannya kira-kira sepanjang 780 m, lebar jalan 2 m, serta bertembok beton yang bentuknya menyerupai bentuk Tembok Besar Tiongkok. Kira-kira di pertengahan jalan bertembok ini, terdapat sebuah jambatan gantung yang sering disebut Jembatan Merah. Dari ujung ke ujung, perjalanan melintasi tangga dan jalan ini kira-kira memakan waktu 15-30 menit.
Pada jaman penjajahan Belanda, pelintasaan ini telah ada, namun bernama Janjang Batuang, karena terbuat dari tanah dan ditopang oleh bambu (Minangkabau: batuang). Pada waktu itu penduduk setempat menggunakannya sebagai jalan pintas dari Koto Gadang menuju Bukiktinggi, atau bila hendak mengambil pasir di sungai. Pemerintah Kabupaten Agam mengadakan program renovasi untuk menjadikannya destinasi wisata baru, dan bersama Menkominfo Tifatul Sembiring meresmikannya pada tanggal 27 Januari 2013
5. Jembatan Limpapeh
Jembatan limpapeh |
Jembatan Limpapeh adalah jembatan gantung di atas Jalan Ahmad Yani, Bukittinggi yang menghubungkan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort de Kock. Bentangan jembatan memiliki panjang 90 meter dan lebar 3,8 meter.
6. Benteng Fort de Kock
Benteng fort de kock |
Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi , Sumatera Barat, Indonesia.
Sejak direnovasi pada tahun 2002 lalu oleh pemerintah daerah, Fort de Kock, kawasan benteng Fort de Kock kini berubah menjadi Taman Kota Bukittinggi (Bukittinggi City Park) dan Taman Burung Tropis (Tropical Bird Park). Hingga saat ini, Benteng Fort de Kock masih ada sebagai bangunan bercat putih-hijau setinggi 20 m. Benteng Fort de Kock dilengkapi dengan meriam kecil di keempat sudutnya. Kawasan sekitar benteng sudah dipugar oleh pemerintah daerah menjadi sebuah taman dengan banyak pepohonan rindang dan mainan anak-anak.
Benteng ini berada di lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Rumah Adat Baanjuang. Kawasan benteng terletak di bukit sebelah kiri pintu masuk, sedangkan kawasan kebun binatang dan museum berbentuk rumah gadang tersebut berada di bukit sebelah kanan. Keduanya dihubungkan oleh Jembatan Limpapeh yang di bawahnya adalah jalan raya dalam kota Bukittinggi. Kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukittinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya di terusan jalan Tuanku nan Renceh.
Benteng ini adalah satu dari 2 benteng belanda yang ada di sumatera barat , yang satu lagi terletak di Batusangkar dengan nama benteng Fort Van der Capellen karena 2 kota inilah dahulu yang paling susah ditaklukan belanda saat Perang Paderi.
7. Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta
Museum rumah kelahiran bung hatta |
Rumah ini adalah tempat Bung Hatta dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya sampai berusia 11 tahun. Bung Hatta melanjutkan pendidikan menengahnya di Meer Uitgebred Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah di kota Padang.
Jika berkunjung ke Bukittinggi, sektar 2,5 jam perjalanan dari kota Padang, sempatkanlah mampir di museum rumah kelahiran Bung Hatta ini. Kalau beruntung, kita bisa membeli buku tentang Bung Hatta yang dititipkan kolektor di sini.
8. Museum Tri Daya Eka Dharma
Museum tri daya eka dharma |
Museum Tridaya Eka Dharma adalah salah satu museum yang ada di Sumatera Barat yang terletak di kota Bukittinggi, tepatnya di jalan Panorama No. 24, kelurahan Kayo Kubu, kecamatan Guguk Panjang, Bukittinggi. Museum ini diresmikan oleh Mohammad Hatta pada tanggal 16 Agustus 1973. Museum yang memiliki koleksi ratusan senjata zaman perang ini terbuka untuk masyarakat umum.
Museum ini dahulunya adalah rumah peristirahatan Gubernur Sumatera. Pendirian museum ini digagas oleh Brigjen Widodo, salah seorang pimpinan TNI wilayah Sumatera Tengah. Gagasan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Brigjen Soemantoro dan diresmika menjadi museum pada tanggal 16 Agustus 1973.
Museum ini diberi nama Museum Perjuangan Tridaya Eka Dharma yang artinya tiga unsur kekuatan satu pengabdian. Nama ini bisa dikaitkan dengan falsafah Minang "Tigo Tungku Sajarangan". Museum ini didirikan sebagai sarana komunikasi antara generasi dan sebagai pewaris semangat juang dan nilai-nilai kepahlawanan.
Dipilihnya kota Bukittinggi sebagai tempat berdirinya museum ini dikarenakan kota Bukittinggi pernah menjadi ibukota provinsi Sumatera dan ibukota negara Republik Indonesiapada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
9. Gedung Negara Tri Arga / Istana Bung Hatta
Istana bung hatta |
Gedung Negara Tri Arga atau Istana Bung Hatta adalah gedung bekas kediaman Wakil Presiden Indonesia Mohammad Hatta yang terletak di pusat Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Bangunan yang berdiri saat ini adalah hasil renovasi pada tahun 1960-an setelah bangunan asli dibumihanguskan sewaktu Agresi II Militer Belanda. Nama gedung mengambil simbol pemandangan sekelilingnya yang dikelilingi tiga gunung: Gunung Singgalang, Gunung Marapi, dan Gunung Sago.
Sebelum kemerdekaan, gedung ini silih berganti menjadi tempat kedudukan Residen Padangse Bovenlanden dan Asisten Residen Agam. Selama delapan bulan antara bulan Juni 1947 hingga Februari 1948, gedung beralih fungsi menjadi tempat kedudukan Wakil PresidenMohammad Hatta. Menjelang Agresi II Militer Belanda pada 1948, Istana Bung Hatta dibumihanguskan bersama sejumlah bangunan di Bukittinggi. Saat pendudukan ibu kota Yogyakarta oleh Belanda, Bukittinggi yang memang peranan sebagai ibu kota Pemerintah Darurat Republik Indonesia menjadikan gedung ini sebagai salah satu basis PDRI. Setelah pemecahan Sumatera Tengah menjadi tiga provinsi pada 1958, Gubernur Sumatera Barat pertama Kaharudin Datuk Rangkayo Basa menggagas renovasi gedung dan menyematkan nama Gedung Negara Tri Arga.
10. Taman Monumen Bung Hatta
Taman monumen bung hatta |
Sosok Bung Hatta, sapaan akrab sang proklamator itu, sangat menginspirasi generasi bangsa ini. Ia seorang yang sangat bersahaja, bahkan beliau sampai bernazar tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Akhirnya Indonesia memperoleh kemerdekaan dan beliau menikah dengan Ibu Rahmi di usia 43 tahun. Ia seorang yang sangat disiplin, sederhana dan tipe lelaki setia.
Guna menghargai jasa Bung Hatta, pemerintah daerah Bukittinggi membuatkan sebuah taman yang diberi nama Taman Monumen Bung Hatta. Letaknya di samping Istana Bung Hatta.
Di sana terdapat 4 relief perjalanan hidup dari lahir hingga beliau merayakan ulang tahunnya ke-70. Relief pertama melukiskan tempat kelahiran Bung Hatta di Fort de Kock atau saat ini dikenal dengan nama Bukittinggi. Wajah masa kecil beliau juga terpampang di relief pertama itu.
11. Taman Margasatwa / Kebun Binatang Bukittinggi
Taman margasatwa |
Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan atau lebih dikenal dengan nama Kebun Binatang Bukittinggi adalah salah satu kebun binatang di pulau Sumatera, yang terletak di atas Bukit Cubadak Bungkuak, Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia.
Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan ini juga merupakan salah satu kebun binatang tertua yang ada di Indonesia, dan satu-satunya di Sumatera Barat, dengan koleksi hewan terlengkap di pulau Sumatera
Kebun binatang ini dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1900-an, dengan nama Stormpark (Kebun Bunga). Pembangunan kebun binatang ini dirancang oleh Gravenzande, Controleur belanda yang bertugas di kota Bukittinggi pada waktu itu.
Pada awal pembangunannya, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan ini hanya berupa taman yang belum mempunyai koleksi binatang, kemudian beberapa koleksi hewan mulai dimasukkan kedalam taman tersebut, dan barulah pada tahun 1929 tepatnya pada tanggal 3 Juli taman ini dijadikan kebun binatang dengan nama Fort De Kocksche Dieren Park atau Kebun Binatang Bukittinggi oleh Dr. J. Hock.
Pada tahun 1935, di area kebun binatang ini dibangun Rumah Adat Baanjuang (Rumah gadang) bergonjong gajah maharam, yang mempunyai 9 ruang dengan anjungannya di bagian kanan dan kiri.
Kemudiannya lagi, terjadi perubahan nama dari Fort De Kocksche Dieren Park menjadi Taman Puti Bungsu. Dan pada tahun 1995 melalui peraturan daerah No. 2 Tahun 1995 juga terjadi perubahan nama dari Taman Puti Bungsu menjadi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan
12. Bukit Ngarai Takuruang
Bukit ngarai takuruang |
BUKIK Takuruang, juga disebut dengan Tebing Takuruang, adalah sebuah bukit yang terdapat di Ngarai Sianok, kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Bukit ini terletak di tengah hamparan sawah sehingga dinamakan Bukit Takuruang, dimana bila diterjemahkan dari bahasa Minang ke dalam bahasa Indonesia maka berarti “bukit terkurung”.
Bukit Takuruang berada di Sumatera Barat, tepatnya bukit ini terletak di Ngarai Sianok, kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Bukita yang indah ini sangat cocok untuk anda kunjungi, terutama bagi pecinta alam yang ingin menikmati dan mengagumi keindahan alam ciptaan.
Di sekitar bukit ini juga terdapat aliran sungai yang tidak begitu deras. Bukit ini kini telah menjadi salah satu daya tarik wisata terkenal di Sumatera Barat, khususnya di kota Bukittinggi.